
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim resmi menerapkan kebijakan baru yang menegaskan penguatan nilai-nilai Islami dalam kegiatan akademik. Pada Kamis, 3 Juli 2025, kebijakan tersebut dijalankan perdana dalam sidang skripsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, khususnya bagi mahasiswa angkatan 2021.
Sidang yang digelar di ruang sidang Kampus Timur tersebut menandai penerapan konkret dari dua kebijakan penting yang diumumkan sebelumnya oleh Dekan FKIP, Dr. Sari Rizki, M.Psi: pertama, penyeragaman pakaian sidang menggunakan jas hitam; dan kedua, kewajiban membaca satu hingga dua ayat suci Alquran sebelum mahasiswa mempresentasikan hasil penelitiannya.
Sidang dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan II FKIP, Rahmi Wahyuni, M.Pd., yang mewakili Dekan FKIP. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa kebijakan ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari langkah strategis fakultas untuk melahirkan sarjana pendidikan yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan kedalaman spiritual.
“Kami ingin membangun generasi pendidik yang tak hanya pintar, tapi juga beriman. Membaca Alquran sebelum sidang bukan hanya tradisi baru, tapi cara kita memohon berkah atas ilmu yang diperjuangkan,” ujarnya.
Tercatat tiga mahasiswa mengikuti sidang skripsi perdana hari ini. Mereka menjadi mahasiswa pertama di FKIP Umuslim yang menjalani prosedur sidang dengan membaca ayat suci Alquran sebelum menyampaikan paparan ilmiah mereka. Salah satu di antaranya adalah Erma Wahyuni, yang tampil tenang dan khidmat saat membaca Alquran di hadapan tim penguji.
Pembacaan ayat ditentukan langsung oleh tim penguji dan dilakukan dengan tartil sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai keislaman. Momentum tersebut memberikan suasana berbeda di ruang sidang menghadirkan ketenangan, kekhidmatan, sekaligus tanggung jawab spiritual dalam menyampaikan hasil penelitian ilmiah.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang baru dilantik, Mutia Agustisa, S.Pd., M.Pd., menyambut antusias penerapan kebijakan ini. Ia menyatakan dukungan penuhnya terhadap langkah Dekan FKIP dan menyebut kebijakan ini selaras dengan visi Universitas Almuslim: unggul, profesional, dan Islami.
“Nilai-nilai seperti inilah yang memang harus kita tanamkan pada generasi sekarang. Ini bukan sekadar aturan, tapi bagian dari pembentukan karakter. Dengan ridha Allah, kita harapkan mahasiswa yang lulus dari sini tidak hanya membawa ijazah, tetapi juga membawa teladan,” ujar Mutia.
Menurutnya, perubahan zaman harus diimbangi dengan penguatan spiritual dan karakter Islami dalam dunia pendidikan. Ia berharap para alumni FKIP, khususnya dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, bisa tampil sebagai guru dan pemimpin masa depan yang menginspirasi di tengah masyarakat.
Para dosen penguji yang terlibat dalam sidang hari ini juga menyatakan apresiasi dan dukungan terhadap kebijakan yang dinilai inovatif dan menyentuh sisi spiritual mahasiswa. Salah satu dosen penguji menyebut bahwa suasana sidang terasa lebih bermakna dan membumi.
“Ini bukan hanya sidang ilmiah, tapi juga momen penguatan nilai diri. Rasanya beda ketika sidang dimulai dengan ayat suci. Mahasiswa jadi lebih tenang, lebih siap, dan tampak lebih bertanggung jawab,” ujar salah satu dosen penguji.
Selain aspek religius, sidang juga menampilkan nuansa profesional dengan penerapan kebijakan pakaian jas hitam sebagai seragam resmi sidang skripsi. Kebijakan ini diberlakukan untuk seluruh mahasiswa, baik pria maupun wanita, menggantikan aturan sebelumnya yang mewajibkan mahasiswi mengenakan kebaya.
Dekan FKIP, Dr. Sari Rizki, sebelumnya menjelaskan bahwa penyeragaman pakaian ini didasarkan pada standar nasional dan bertujuan membentuk citra profesional lulusan pendidikan. Dengan penampilan seragam jas hitam dan rapi, mahasiswa FKIP diharapkan siap tampil percaya diri tidak hanya di ruang sidang, tetapi juga di dunia kerja.
Dengan penerapan kebijakan baru ini, FKIP Universitas Almuslim membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya adaptif terhadap perubahan, tetapi juga berkomitmen menjaga identitas keislaman sebagai ciri khasnya.
Kombinasi antara ketegasan akademik, penampilan profesional, dan sentuhan spiritualitas Islami menjadi ciri khas baru yang mulai dibentuk di bawah kepemimpinan Dekan FKIP, Dr. Sari Rizki, M.Psi.
“Inilah bentuk ikhtiar kami melahirkan lulusan yang siap mengajar, siap mengabdi, dan siap menjadi teladan,” pungkasnya dalam pernyataan sebelumnya.