Pimpinan dan Pejabat Struktural FKIP Umuslim Kenakan Pakaian Pucok Reubong di SIMPORA XVI 2025

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim tampil berbeda pada seremonial International Conference Symposium Nusantara (SIMPORA) XVI Tahun 2025 yang digelar di Gedung Creative Center MA Jangka, Rabu (3/9/2025). Seluruh pimpinan dan pejabat struktural FKIP kompak mengenakan pakaian bermotif Pucok Reubong, salah satu motif khas Aceh yang sarat makna budaya.

Pakaian adat bernuansa elegan tersebut dikenakan langsung oleh Dekan FKIP Universitas Almuslim, Dr. Sari Rizki, M.Psi., Wakil Dekan I Dr. Silvi Listia Dewi, M.Pd., Wakil Dekan II Rahmi Wahyuni, M.Pd., para Ketua Program Studi lingkup FKIP, serta Kepala Laboratorium Microteaching. Penampilan seragam mereka membuat suasana pembukaan SIMPORA semakin meriah, sekaligus menegaskan identitas budaya Aceh dalam ajang ilmiah dan kebudayaan berskala nasional ini.

Dalam keterangannya, Dekan FKIP Universitas Almuslim menyebutkan bahwa pemilihan motif Pucok Reubong bukanlah tanpa alasan. “Motif ini sesuai dengan semangat SIMPORA yang mengangkat budaya Aceh. Pucok Reubong atau tunas bambu melambangkan pertumbuhan, kekuatan, serta keberkahan. Filosofinya, dari sebuah tunas kecil akan tumbuh bambu yang kuat dan bermanfaat bagi kehidupan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa motif ini lazim dijumpai pada songket dan kain tenun Aceh, serta sering dipakai dalam pakaian adat, hantaran, hingga acara resmi. “Kami ingin menunjukkan bahwa dunia akademik juga bisa beriringan dengan budaya lokal, sehingga pendidikan tidak terlepas dari akar tradisi yang kita miliki,” tegasnya.

Selain tampil anggun dalam pakaian adat, FKIP Universitas Almuslim juga menghadirkan stand pameran budaya dan edukasi dalam rangkaian Culture Expo SIMPORA XVI 2025 yang berlangsung 1–3 September 2025. Stand ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pengunjung karena menyajikan kombinasi antara kekayaan tradisi Aceh dengan inovasi pendidikan modern.

Pameran tersebut dibagi ke dalam tiga kategori utama: makanan tradisional, produk kerajinan, dan alat peraga edukatif.

Makanan Tradisional: Pengunjung dapat mencicipi aneka kuliner khas Aceh, mulai dari Kue Bhoi, Gring, Geukarah, Timphan Asoe Kaya, Meulisan U, Boh Rom-Rom, hingga Bulukat Kuah Tuhe. Semua sajian tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan makna budaya dan filosofi masyarakat Aceh.

Produk Kerajinan Tradisional: FKIP turut menampilkan karya masyarakat Aceh seperti Aweuk Bruk, Tikar Aceh, Tas Aceh, Blangong Tanoh, Keranjang Daun Kelapa, hingga Batik Jumputan. Ragam kerajinan ini memperlihatkan keindahan seni kriya yang masih lestari sekaligus mempertegas identitas budaya Aceh di tengah arus modernisasi.

Alat Peraga Edukatif: Menariknya, FKIP juga memamerkan beragam media pembelajaran hasil kreasi civitas akademika, antara lain Rumoh Aceh, Globe, Kincir Huruf, Kincir Angin, Rumah Pintar, Buku dan Novel Edukasi, Kincir Air, hingga model Siklus Air. Koleksi ini menjadi bukti nyata komitmen FKIP dalam mengintegrasikan kearifan lokal ke dunia pendidikan modern.

Stand FKIP Universitas Almuslim pada hari Rabu (3/9) mendapat kunjungan istimewa dari Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST., didampingi Ibu Bupati dan Ibu Wakil Bupati Bireuen. Kehadiran pimpinan daerah tersebut menjadi bentuk apresiasi atas kontribusi FKIP dalam mendukung suksesnya penyelenggaraan SIMPORA XVI 2025.

FKIP tidak hanya berpartisipasi sebagai bagian dari Universitas Almuslim selaku tuan rumah, tetapi juga menghadirkan warna tersendiri dengan menampilkan budaya Aceh secara lengkap, dari kuliner, kerajinan, hingga inovasi pendidikan,” ujar salah satu pengunjung yang terlihat antusias.

SIMPORA XVI 2025 sendiri merupakan pertemuan ilmiah dan kebudayaan yang mempertemukan peserta dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari Malaysia. Universitas Almuslim dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan yang berlangsung 1–5 September 2025 ini.

Keterlibatan FKIP Universitas Almuslim dalam ajang ini menjadi bukti komitmen fakultas dalam mendukung visi universitas, yakni menjadikan kampus sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang tetap berakar pada budaya lokal.

Dengan balutan motif Pucok Reubong yang penuh makna, serta pameran budaya yang edukatif, FKIP Universitas Almuslim berhasil menunjukkan sinergi antara tradisi, ilmu pengetahuan, dan inovasi, sekaligus memperkuat posisi Bireuen sebagai pusat kegiatan akademik dan kebudayaan di kancah nasional.