
Senin (4/8/2025) menjadi momen istimewa bagi ratusan peserta yang memadati Pendopo Bupati Bireuen. Peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53 kali ini bukan hanya sekadar seremonial, tetapi menjadi ruang diskusi strategis yang membicarakan masa depan generasi Indonesia.
Mengusung tema “Peran Keluarga dalam Pencegahan Stunting Menuju Indonesia Emas Bebas Stunting”, acara ini dihadiri pengurus PKK dari berbagai kecamatan, camat, kepala dinas, hingga Wakil Bupati Bireuen. Namun, ada satu sosok yang tak kalah mencuri perhatian Dr. Sari Rizki, M.Psi, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim, yang didapuk menjadi pemandu jalannya talkshow.
Bukan sekadar memandu, Dr. Sari menjelma menjadi pusat perhatian. Dengan gaya bicara yang tenang namun tegas, tutur kata yang terukur namun memikat, ia mampu menghidupkan suasana diskusi dan menjaga fokus audiens sepanjang acara.
“Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Jika kita ingin melahirkan generasi unggul dan bebas stunting, maka penguatan keluarga harus menjadi gerakan bersama. Hari ini, kita tidak hanya memperingati HKG PKK ke-53, tetapi juga menguatkan tekad bahwa keluarga dan pendidikan adalah dua sayap utama pembangunan manusia Indonesia,” ucap Dr. Sari saat membuka diskusi, disambut tepuk tangan hangat peserta.
Talkshow ini menghadirkan lima narasumber lintas bidang yang membahas stunting dari sudut pandang pendidikan, kesehatan, gizi, pemberdayaan perempuan, hingga kebijakan pemerintah:
*Dr. Muslim, M.Si – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen
*Bidan Fitriani, S.SIT., M.Keb – Koordinator Gizi Masyarakat
*Irmawati, SP., M.Ling – Perwakilan Lini Depan Penggerak KB
*Sadriah, S.K.M., M.K.M – Ketua TP PKK Kabupaten Bireuen
*dr. Irwan – Kepala Dinas Kesehatan Bireuen
Masing-masing narasumber menegaskan bahwa stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga terkait pola asuh, pendidikan orang tua, akses layanan kesehatan, serta kesadaran kolektif masyarakat.
Dr. Muslim menyoroti pentingnya pendidikan keluarga sejak dini. “Kita ingin membentuk generasi emas, maka peran orang tua dalam memberikan pendidikan sejak masa balita sangat krusial,” tegasnya.
Bidan Fitriani menjelaskan bahwa gizi yang cukup tidak hanya ditentukan dari jumlah makanan, tetapi juga kualitas dan pola pemberian makan yang tepat. “Banyak kasus stunting terjadi karena orang tua belum memahami kebutuhan gizi anak sesuai usianya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua TP PKK Bireuen, Sadriah, S.K.M., M.K.M, menekankan bahwa PKK sebagai gerakan masyarakat punya peran strategis dalam mengedukasi keluarga hingga tingkat gampong. “PKK hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memastikan tidak ada anak yang terabaikan dalam tumbuh kembangnya,” jelasnya.
Di tangan Dr. Sari, diskusi yang seharusnya formal menjadi hangat, interaktif, dan penuh inspirasi. Ia piawai menggali cerita dari para narasumber, menghubungkan poin-poin penting, dan menyelipkan refleksi yang membuat audiens terlibat aktif.
Acara ini menjadi bukti bahwa sinergi antara dunia pendidikan dan gerakan perempuan dapat menjadi kekuatan besar dalam menjawab tantangan bangsa. Tidak hanya soal stunting, tetapi juga dalam membangun kesadaran kolektif bahwa keluarga adalah benteng pertama peradaban.
Menutup acara, Dr. Sari menyampaikan pesan yang meninggalkan kesan mendalam:
“Indonesia Emas 2045 bukan hanya tentang infrastruktur, teknologi, atau ekonomi. Ini tentang manusia. Dan manusia terbaik lahir dari keluarga yang sehat, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Maka mari kita mulai perubahan itu dari rumah kita masing-masing.”
Sorak dan tepuk tangan panjang menjadi penutup talkshow pagi itu. Dan di antara para pembicara hebat, sosok Dr. Sari Rizki tetap menjadi bintang di antara bintang bukan hanya karena posisinya sebagai moderator, tetapi karena pesan dan energinya yang membekas di hati peserta.